Pages

Syukuri

Wednesday, 9 December 2015


Hari Senin kemarin menjadi hari pertama saya kuliah lagi setelah dua minggu meliburkan diri karena cacar. Ngomong-ngomong soal cacar, kemarin itu adalah pertama kalinya saya kena cacar. Rasanya? Gak enak, sakit dan bekasnya itu bikin saya insecure.  Menurut teman saya yang berkuliah di jurusan kedokteran, cacar yang menyerang orang dewasa memang lebih menyakitkan *cry*.
Pertama kali kuliah lagi saya merasa deg-degan. Antara khawatir kesiangan (kemarin itu macet parah pake banget), grogi mau presentasi dan takut ditanya-tanya soal bekas luka yang banyak banget di wajah saya. Dua hari berturut-turut kuliah, saya selalu menggunakan masker penutup wajah. Saya gak suka aja ada orang yang ngeliatin wajah saya. Gara-gara cacar ini kepercayaan diri saya menurun cukup drastis.
Sejujurnya saat awal sakit cacar, saya itu nangis-nangis kesel karena ketularan cacar keponakan saya. Intinya saya menyalahkan dia. Parah sih ya, gak boleh ditiru. Saya menyesal kena cacar karena saya manja kalau sakit. Biasanya selalu ada Ibu yang menjaga saya tapi sekarang saya tinggal dengan kakak dan dua keponakan saya. Bisa bayangkan betapa repotnya. Jadi ya saya gak bisa manja-manja sama siapapun.
Namun, terlepas dari sakit yang saya rasakan, bekas luka yang tertinggal jelas, dan tugas yang menumpuk banyak, saya tetap bersyukur diberi kesembuhan. Bayangkan kalau saya gak sembuh-sembuh, bisa-bisa saya gak ikut UAS. Saya juga bersyukur dapat cacar sekarang, coba bayangkan kalau saya cacar saat penelitian, mau sidang, saat kerja, atau saat saya pergi jauh.
Memang cacar ini perlu disyukuri bagaimanapun menyiksanya. Saya tipikal orang yang percaya, ada pulau yang akan kita tuju setelah mendayung begitu jauh. Akan ada hikmah dari setiap hal yang kita dapatkan. 

(Unplanned) Comeback!

Thursday, 3 December 2015

Kembali! Ya akhirnya saya kembali lagi menulis di Blog setelah hampir dua bulan menghilang. Bukan, bukan karena saya sibuk atau apa tapi kemalasan melanda begitu hebat. Selain itu, dua minggu kemarin saya habis terserang cacar. Sampai hari ini saya belum masuk kuliah lagi. Hampir-hampir lupa gimana rasanya kuliah. Sedihnya lagi, tugas, logbook, dan ujian menumpuk. Minggu depan dan minggu depannya lagi bakalan jadi minggu paling sibuk ditambah di kampus sudah memasuki minggu UAS. Setelah UAS saya masih harus fokus ke penelitian (masih gak nyangka akhirnya saya sampai juga di fase galau-galau dan pusing penelitian).

Balik lagi ke comeback saya kali ini. Kenapa sih saya balik lagi nulis di blog? Sejujurnya, saya serindu itu sama dunia tulis menulis. Bahkan kemarin-kemarin saya sempat curi-curi waktu untuk menulis puisi saat dosen killer ngajar. Serindu itu dengan kegiatan merangkai kata. Seperti yang saya pernah bilang (entah di blog ini atau di blog lama saya), bagi saya menulis itu menemukan jati diri. Menulis itu menyembuhkan. Dan saya selalu merasa senang ketika saya menulis.

 Saya punya sedikit cerita, semakin saya tumbuh dewasa, semakin saya mengenal banyak orang baik langsung maupun hanya melalui media sosial, saya mencoba memahami dan memaknai kata-kata,

CREAT YOUR OWN HAPPINESS

Saya merasa sudah mulai memasuki fase bahwa kebahagiaan tidak kita cari tapi kita ciptakan. Jika melihat ke belakang, saya adalah orang yang membutuhkan orang lain untuk merasa senang dan bahagia. Namun, kali ini saya mencoba berdamai, bahwa tidak semua orang yang kita harapkan dapat membawa kebahagiaan dalam hidup saya. Saya memahami bahwa saya yang bertanggung jawab atas kebahagiaan dalam hidup saya. Oleh karena itu saya menulis, melakukan banyak kegiatan salah satunya mencoba membuka online shop (tunggu kabar selanjutnya!). Saya sedang menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Semoga kebahagiaan itu bisa saya ciptakan dengan baik.

Selamat berbahagia! Selamat hidup!




Menunggu Janitra

Friday, 9 October 2015


Janitra, itu namaku. Sayangnya aku tak pernah benar-benar dipanggil Janitra. Semua orang di sekelilingku memanggilku Ita. Katanya, Janitra terlalu bagus untuk seseorang yang tak bisa berbicara seperti aku.
Begitupun dengan Bapak, dia bilang tak akan pernah memanggilku Janitra lagi. Dia bilang nama itu tidak baik. Aneh saja setiap kali aku mendengarkan alasan Bapak karena setahuku dia jugalah pemberi nama “aneh” ini. Bapak bilang mungkin nama itu mengandung kutukan (kutukan bahwa aku bisu  mungkin). Aku benar-benar tak memahaminya sampai waktu itu aku menemukan Bapak menangis tersedu-sedu di kamarnya.
"Janit, mengapa kamu tak kembali ke desa ini. Tega kamu Janit meninggalkan aku sendiri dengan anak kita. Meninggalkan aku dalam kesengsaraan ini. Mengapa kamu setega ini Janit?" ujar Bapak dalam tangisnya
Malam itu, dan juga malam-malam selanjutnya, aku tak pernah bertanya pada Bapak siapa sebenarnya Janit atau mungkin Janitra. Meski begitu, aku bisa tahu bahwa perempuan bernama Janitra adalah perempuan yang amat Bapak cintai. Perempuan itu pulalah  yang mungkin telah melahirkan aku.
Berbicara tentang perempuan yang melahirkanku, seseorang yang seharusnya aku panggil Ibu, sejak kecil aku tak pernah berjumpa dengannya. Sampai umurku lima belas tahun sekarang ini aku benar-benar belum pernah melihatnya dan selama itu pula aku hanya hidup bersama Bapak. Seseorang yang dengan penuh kasih sayang merawat dan membesarkanku sendirian. Ya, sendirian. Sosok yang lebih kuat dibanding superhero atau pahlawan manapun.
Terima kasih Tuhan telah melahirkanku di dunia bersama Bapak karena aku tak terbayang hidup sebagai anak orang lain dengan keterbatasanku. Aku yang bisu bisa saja dibuang di pinggir jalan dan berakhir malang menjadi seorang pengemis. Untungnya bersama Bapak, meski dia memiliki anak yang bisu sepertiku, Ia tak pernah malu. Bapak sangat menyayangiku walau diterpa kesengsaraan yang sangat menyakitkan.
Namun nyatanya Bapak hanya manusia biasa. Pernah malam hari itu, sepulang Bapak menarik Nayor, delman khas Sukabumi, dengan wajah kelelahannya, Bapak memukul wajahku dengan tiba-tiba. Aku lupa pastinya apa yang Bapak katakan waktu itu. Yang pasti aku ingat hanyalah raut wajah bapak yang penuh kekecawaan dan amarah. Keesokan harinya Bapak memelukku erat, menangis dan meminta maaf atas pukulannya padaku. Aku tak pernah tau penyebab sikap Bapak. Aku selalu bingung ketika berhadapan dengan Bapak. Hangat tapi seolah tak bisa diraih olehku.
"Ita, jangan lupa belajar! Bapak gak mau anak Bapak gagal ujian. Setelah kamu lulus nanti, Bapak bakal sekolahin kamu lagi di SLB deket sini. Cukup Bapak aja yang hidupnya sengsara dan nelangsa seperti ini. Jangan sampe kamu ikut-ikutan juga!" kata Bapak padaku.
Seperti biasa aku menjawabnya dengan sebuah anggukan penuh semangat. Aku bahagia. Bapak tetap menyekolahkanku. Aku tahu betul bagaimana kondisi kami, ah lebih tepatnya kondisi Bapak. Uang yang ia dapat dari narik Nayor sehari gak lebih dari seratus ribu. Penghasilan itu belum dipotong kebutuhan memelihara kuda Bapak. Bapak pernah bilang usaha Nayor dari tahun ke tahun makin merosot. Bahkan Bapak berniat untuk berhenti jadi supir Nayor dan beralih menjadi supir angkot.
Apapun yang Bapak lakukan rasanya aku akan tetap setuju. Guru-guru di sekolahku memang pernah berkata kita harus menjaga budaya tapi jika kondisi seperti ini Bapak dan aku sekarang ini, apa boleh dikata. Tak bisa dipungkiri, beralihnya Bapak menjadi supir angkot nantinya akan membuat Nayor yang beroperasi di Sukabumi berkurang. Lagi-lagi aku hanya bisa berkata, apa boleh buat. Kami butuh uang untuk hidup dan itulah jalan keluar tercepat yang bisa Bapak ambil.
"Ita, jika kamu sudah besar nanti, carilah Ibumu ke Jakarta. Setelah melahirkanmu, dia bilang ingin bekerja di Jakarta. Cobalah cari dia. Ajaklah dia pulang. Bawa dia kembali bersama kita Ita," ujar Bapak tiba-tiba.
Aku terkejut mendengar permintaan Bapak kali ini. Itu pertama kalinya Bapak menyebut-nyebut Ibu di tengah kesibukan kami. Hal lain yang tak kalah membuatku terkejut ialah permintaan Bapak yang sangat aneh.
Hanya nama Ibu saja yang aku tahu. Janitra. Itupun karena nama kita sama. Aku tak pernah tau wajah Ibu. Bapak bilang semua foto Ibu hilang. Jika bisa digambarkan, Ibu adalah sosok perempuan yang memiliki wajah cantik khas perempuan jawa. Ibu memang bukan berasal dari Sukabumi, Ibu merantau dari Solo. Kulitnya berwarna sawo matang. Hidung Ibu tidak terlalu mancung, sama sepertiku Bapak bilang. Ada satu lagi penciri wajah Ibu, ada sebuah tahi lalat di atas bibir sebelah kirinya.
Aku tak kunjung menjawab permintaan Bapak. Bukan aku tak mau bertemu dengan Ibu, tapi kalau boleh jujur aku tak begitu merindukan Ibu. Bagiku Bapaklah segalanya. Bahkan tanpa Ibupun aku masih bisa hidup sampai sekarang. Apa aku disebut anak durhaka  jika tidak merindukan Ibu?
Malam ini, aku hanya sendirian di rumah. Bapak masih narik Nayor. Memang di luar kebiasaannya untuk pulang semalam ini. Aku khawatir menunggu Bapak yang tak kunjung pulang. Aku takut sesuatu terjadi kepada Bapak. Terlebih lagi jika Bapak pulang dengan penuh kesedihan. Tak ada yang bisa aku lakukan jika Bapak telah bersedih. Bapak selalu menyendiri ketika ia bersedih. Dia lupa bahwa aku, anaknya, ada bersamanya.
Terkadang aku berpikir, apa perlu kutulis sebuah surat untuk Bapak? Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada bapak dengan penuh harapan Bapak mampu menjawabnya dan mau menjawab semua pertanyaan yang selama ini kusimpan.
Pagi harinya, Bapak membangunkanku. Tiba-tiba saja dia memelukku dengan hangat.
"Itaaa, oh Itaaa," panggilnya dengan isakan tangis.
"Maafin Bapak kamu ini Ita. Maafin Bapak kalau sering bikin kamu bingung Ita. Bapak cuma gak bisa cerita semuanya ke kamu Ita. Kalau liat kamu, Bapak selalu keinget Ibumu. Bapak masih gak bisa lupain Ibumu Ta," lagi-lagi Bapak menangis. Tangisannya kali ini berbeda tapinya. Setidaknya Bapak tidak menangis sendirian lagi di kamarnya.
Ku ambil kertas dan bolpoin yang terletak di meja belajarku. Ku tuliskan sesuatu yang ingin aku tanyakan pada Bapak.
Bapak mengambil kertas itu dan membacanya, "Kenapa Bapak masih nunggu Ibu?"
Suara Bapak sempat tercekat saat membacanya. Mungkin aku menanyakan sutau yang salah.
Bapak kembali memelukku hangat. Kemudian duduk di sampingku. Ia berkata "Bapak akan selalu nunggu Ibumu, Ita. Janitra pasti akan kembali. Semua yang terbang pasti akan mendarat dan semua yang berlayar pasti akan menepi Ita. Bapak yakin Ibumu pasti kembali. Entah sendirinya atau harus kita jemput bersama."
Akhirnya aku tahu mengapa Bapak selalu menunggu Ibu. Mengapa juga ia berikan nama itu, Janitra, kepadaku. Bapak sangat yakin Ibu pasti kembali. Mungkin keyakinan itu pula yang nantinya akan membawa Ibu kembali bersama kami di sini.

Saya dan Higrologi

Monday, 28 September 2015


Entah sejak kapan saya kepengen nulis ini tapi belum kesampean. Ini aja nulisnya disela-sela deadline laporan magang, logbook dan materi ujian 8 modul buat besok. Maafkan saya yang suka curhat disetiap awal postingan. Kali ini saya mau ngebahas ikatan (halah ikatan) saya dengan himpunan mahasiswa (hima) yang saya ikuti selama tiga tahun ini.

Buat sebagian orang, gabung di sebuah himpunan tujuannya buat nyari pengalaman atau paling parah buat sekedar manjang-manjangin cv *tsaah*. Saya pun begitu sebenarnya. Awal mula ikut himpunan itu ya penasaran dan pengen punya pengalaman buat gabung di sebuah organisasi. Rasanya kurang lengkap memasuki dunia mahasiswa tanpa gabung di sebuah organisasi.

Tahun 2013 menjadi tahun pertama saya mengikuti organisasi kemahasiswaan. Satu tahun pertama memang saya fokuskan untuk urusan akademik dan adaptasi lingkungan baru. Saat itu saya mendaftar jadi anggota biro humas Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Higrologi). Sedikit cerita saja, Higrologi ini bukan satu-satunya himpunan di jurusan saya. Aneh? Iya. Singkat cerita Agroteknologi itu merupakan program studi hasil gabungan dari jurusan budidaya, hama penyakit, dan ilmu tanah. So, sampai saat ini ketiga himpunan keprofesian ketiga jurusan itu masih ada. Buat yang bingung atau penasaran boleh komen ya di bawah.

Sampai saat ini saya sudah mengikuti tiga kepengurusan Higrologi. Mulai dari kepengurusan “percobaan” di tahun 2012-2013, kepengurusan 2014 dan kepengurusan 2015 saat ini. Bidang yang saya pegang pun berubah-ubah mulai dari mengurus hal-hal eksternal, internal dan sekarang ekternal lagi.

Tiga tahun bukan waktu yang singkat bagi saya. Perjalannanya sangat panjang. Di sini saya bertemu dengan orang-orang yang memiliki pemikiran hebat dengan beragam. Anugerah bagi saya karena itu pulalah yang membentuk pemikiran dan karakter saya saat ini. Saya belajar banyak hal dari Higrologi. Dari mereka-mereka yang berjuang untuk mempertahankan organisasi ini tetap ada. Dari mereka yang menyisihkan ego demi kepentingan bersama. Dari mereka yang harus dijauhi hanya karena berani berbeda. Dari mereka yang tetap berjalan meski kerikil seolah menusuk alas kakinya.

Perjalan saya di Higrologi tidak pernah mudah.

Saya belajar dari nol, dari titik dimana saya gak tahu birokrasi itu apa sampai sekarang saya bisa mendampingi anggota muda untuk urusan birokrasi. Bahkan waktu 3 tahun bagi saya masih terasa kurang karena kenyataanya masih banyak hal yang saya tidak tahu dan tidak pahami. Bagi saya, perjalanan bersama Higrologi terasa semakin sulit karena benturan ego kami yang ada di dalamnya.

Pernah suatu hari saya berpikir, sebenarnya apa yang membuat saya bertahan hingga tiga tahun di Higrologi? Apa saya terlalu nyaman?

Berhari-hari saya tidak dapat menemukan jawabannya sampai sore hari-hari berikutnya saya terhibur oleh candaan teman-teman di gedung sekretariat kami. Saya gak bisa mendeskripsikannya dengan baik. Rasanya seperti pulang. Setiap kali bertemu dengan mereka, mengobrol dengan mereka, saya benar-benar seperti pulang. Itu pula yang menjadi jawaban saya mengapa selama tiga tahun ini saya tidak pernah pergi.

Untuk saat ini, Higrologi memang hanya himpunan mahasiswa yang masih balita. Himpunan yang dianggap hanya milik sebagain orang. Namun saya selalu berharap Higrologi tumbuh dengan baik dan mampu melaksanakan fungsi dan tugas himpunan mahasiswa itu sebenarnya. Seperti apa yang ketua Higrologi tahun 2014 katakan, “Higrologi adalah benih yang akan menjadi sebuah tanaman. Benih ini akan tumbuh dengan baik jika pelihara dengan baik. Benih ini adalah sumber kehidupan.”

Niat yang baik selalu mendapat jalan bukan? Semoga saja.


Review Korean Drama : I Remember You

Sunday, 30 August 2015

Wohooo saya balik lagi setelah beberapa hari menghilang. Sejujurnya saya mulai terjangkit lagi virus malas nulis (iya males). Alhamdulillahnya saya kembali sadar tujuan saya buat nulis (apa hayooo?). Tadi pagi pas buka blogger sampai mikir, ini apa sih yang saya mau tulis? Terus keinget tadi abis blogwalking, saya pikir kenapa gak bikin review aja. Belum pernah ngereview sih tapi gak ada salahnya dicoba.
Review pertama yang akan saya post di sini perihal drama korea. Jangan pada protes ya, review buku dan make up menyusul. Iya saya abis beli lipcolor gitu jadi berniat buat ngereview. Agak siang deh ya ngereviewnya berhubung butuh lighting yang bagus buat foto-foto (foto produknya kok bukan foto saya).
Poster I Remember You
Sumber : asianwiki
I Remember You atau dikenal dengan judul Hello Monster merupakan salah satu drama korea yang tayang di channel KBS2 pada bulan Juni-Agustus 2016. Saya sendiri baru sempat menonton dan menyelesaikannya bulan Agustus akhir ini karena baru beres magang.
Tema yang diangkat dalam drama ini tentunya romance dengan bumbu misteri dan thriller. I Remember You menceritakan tentang Lee Hyun, seorang criminal profiler, dan Cha Ji An, detektif, yang terlibat dalam sebuah tim investigasi. Tim investigasi tersebut mengungkapkan kasus-kasus yang membawa Lee Hyun dan Cha Ji An pada seseorang yang mereka sama-sama cari sejak kecil yaitu Lee Joon Young. Terungkaplah masa lalu keduanya dan Lee Joon Young.

Tim Investigasi Spesial
Sumber : asianwiki
Drama ini mengalir dengan baik meski ditutup dengan akhiri yang membuat saya bingung. Cukup anyak poin yang saya suka dalam drama ini. Mari kita breakdown satu per satu.
1.     Akting pemain yang mumpuni
Alasan utama dan pertama kenapa saya memilih untuk menonton drama ini karena pemain utamanya adalah Seo In Guk. Ya, saya sangat suka dengan aktingnya yang selalu mampu mengeluarkan karakter setiap tokoh (ini otak saya eror, kata-katanya gak tepat banget). Begitupun dalam drama I Remember You, Seo In Guk berhasil menyalurkan perasaan frustasi, merasa bersalah, dan sedihnya kepada penonton.
Apakah hanya Seo In Guk yang memerankan tokoh drama ini dengan baik?
Bukan hanya dia. Hampir semua pemain memerankan setiap tokoh dengan baik dan dengan porsi yang tepat. Ada Jang Nara, si tokoh utama perempuan, yang berhasil membuat penonton menyukainya dan melepaskan label bahwa tokoh utama perempuan drama korea itu menye dan cantik.
Berhubung ini drama misteri dan thriller, kalau akting pemainnya gagal ya sudah feel-nya gak akan dapat. Mangkannya saya mau berterima kasih untuk semua pemain mulai dari Park Bo Geum, Choi Won Young, bahkan sampai Do Kyungsoo (member EXO) yang hanya muncul beberapa episode.
Itulah kenapa k-net (korean netizen), kritis banget setiap ada berita perihal pemeran-pemeran dalam suatu drama. Aktor/aktris yang baik pasti akan mampu membawakan cerita sebuah drama dengan baik.
2.     Plot yang menarik
Cerita seperti drama I Remember You bukan pertama kalinya saya tonton. Bahkan ada beberapa cerita yang sudah tertebak sejak awal. Akan tetapi, scriptwriternya apik membungkus cerita jadi alurnya mengalir begitu saja. Hampir tidak ada plothole dalam drama ini. Semuanya terisi dengan penuh sehingga sedikit sekali menimbulkan kebingungan.  Memang, ada beberapa adegan yang  membuat saya berpikir ulang dan mereka adegan sendiri. Gak akan saya tuliskan disini karena takutnya spoiler. 
3.     Karakter yang kuat
Lagi-lagi saya ingin mengangkat jempol saya untuk scriptwriter drama ini, Kwon Ki-Young, yang mampu menciptakan tokoh-tokoh yang jenius (jenuis bukan berarti sebenarnya). Tokoh dengan gangguan kejiwaan tergambarkan dengan baik. Menguras emosi. Ingin membenci tokoh tapi terkadang, perasaan iba muncul begitu saja.
4.     Good Soundtrack
Soundtrack pertama yang diluncurkan drama ini berjudul Remember. Soundtrack pertama dan soundtrack yang paling saya suka sepanjang drama. Soundtrack itu dinyanyikan oleh Dear Cloud. Jujur saja, saya baru pertama kali mendengarkan grup tersebut. Lirik Remember menggambarkan betul perasaan Lee Hyun. Nada yang simpel dan agak mendayu menyihir telinga kita dan menyulut emosi kita untuk ikut meresapi karakter Lee Hyun. Here the video


5.     Bajunyaaaa
Saya gak tau sih ini masuk review atau engga tapi ya saya betah sekali nonton drama ini karena baju-baju yang dipakai pemainnya sangat stylish. Cakep banget haha.



sumber : onehallyu

Sejujurnya saya capek nyari fotonya. Kalian harus nonton langsung dan jatuh cinta sama style mereka terutama. Saya bahkan penasaran kemeja merk apa yang dipake Seo In Guk. Oh ya, bukan hanya tokoh utama yang wardrobenya bagus tapi hampir seluruh pemain :')
Overall, drama ini akan saya beri poin 8/10. Poin yang saya maksudkan disini menunjukan seberapa suka saya terhadap drama ini bukan baik atau buruknya karena saya buakn penilai. Saya suka sekali drama ini dan akibatnya saya menunggu drama Seo In Guk lainnya setelah ini.
Terus membaca blog saya dan nantikan review-review lain. See yaaa :)

Comfort zone

Tuesday, 18 August 2015

I owe the picture here

Banyak orang yang selalu meyakinkan laki-laki itu untuk keluar dari zona nyamannya. Bukan hanya sekali juga laki-laki itu mencoba untuk keluar dari zona nyamannya. Ia sudah terlalu bosan untuk terus mencoba dan akhir menemukan fakta bahwa dia tak bisa pergi dari sana. Tempat dimana dia selalu kembali pulang.
Bimo Mahardika Atmojo. Sudah berulang kali dia mencoba untuk pergi menjauh dari racun dalam hidupnya. Sejauh itu pula dia selalu kembali kepada pada sosok itu. Sosok gadis yang tak pernah bisa dia hapuskan dari pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu.
Sudah lebih dari tiga tahun rasanya mereka bersama. Dan Bimo, masih terjebak dalam keadaan itu. Dalam keadaan yang tak berdaya dan lebih memilih bertahan lebih lama dibandingkan menyerah. Dia terlalu sayang dan takut kehilangan dalam waktu yang bersamaan. Bagi Bimo hidup jauh dari gadis itu adalah ide paling buruk yang pernah muncul di otaknya yang cemerlang.
Dia pernah hampir gila memikirkan kemungkinan berpisah dengan Kanaya, ya nama gadis itu, gadis yang membuatnya gila.
Hari itu satu minggu menjelang pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi, Kanaya bertanya pada Bimo, “Gimana kalau aku kuliah di Jepang? Aku gak perlu daftar SNMPTN kayak gini. Ribet tau gak sih Bim.”
Bimo hanya bisa tergelak. Panik dia mencoba menggugurkan rencana Kanaya.
“Kamu yakin Ibu bakal ngizinin? Kemarin minta kuliah di Jogja aja malah dimarah-marahin. Udahlah mending kuliah di Bandung,” ujar Bimo mencoba meyakinkan Kanaya.
“Bosen Bim. Seumur hidup dari kecil sampe sekarang tinggal di Bandung mulu. Urusan Ibu kan gampang. Ibu pasti seneng anaknya bisa kuliah di luar negeri,” kata gadis itu sembari memamerkan deretan giginya yang tidak rapih.
“Yakin banget sih. Gak kasian apa ninggalin Ibu sendiri?” Bimo tak mau berhenti begitu saja membuat gadis itu menyerah. Usahanya tak berhenti disitu.
Kanaya berpaling dari novel yang dipegangnya. Dia menunjukan muka yang sangat sebal pada Bimo. “Belum apa-apa udah bikin patah semakin. Gak asik Bim,” protesnya.
Bimo hanya bisa tertawa. Diacak-acaknya puncak kepala Kanaya. “Bukannya mau bikin patah semangat. Aku cuma ngasih tahu sesuatu yang realistis. Kamu mau pergi dari Ibu? Jauh dari aku?”
Kanaya terdiam. Dia tidak tahu jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Bimo. Dia memang tidak pernah jauh dari Ibunya. Dan orang di sampingnya sekarang menjadi orang kedua yang tak bisa Kanaya jauhi. Entah mengapa, Kanaya tak bisa jauh dari Bimo. Dia sudah terlalu terbiasa.
Dua tahun sejak percakapan itu berlalu, Bimo memang berhasil membuat Kanaya tetap berada disampingnya. Dan selama dua tahun itu pula Bimo berhasil membuat dirinya semakin nyaman berada dekat dengan Kanaya. Dia hanya berharap, semuanya akan baik-baik saja.


Jawa atau Sunda

Monday, 17 August 2015


Sudah cukup lama saya tidak menulis tentang sesuatu yang agak serius. Mungkin beberapa dari kalian akan bosan membaca blog saya yang diisi dengan tulisan project 101 Things That I Wanna Say To You (tetep promosi ya :p). Haha maklum ya jiwa marketingnya keluar.
Sudah, sudah mari fokus kembali. (Maafkan penulis yang suka melenceng keman-mana)
Judul tulisan saya kali ini memang agak rasis. Secara membawa dua nama suku yang ada di Indonesia. Saya gak berniat membahas hidup orang lain. Yang saya mau bahas kali ini ya tetap hidup saya. Tentang saya yang seolah kehilangan identitas diri.
Alkisah.
Dulu sekali, seorang anak perempuan bernama Ade Risti lahir di Sukoharjo. Dia adalah keturunan dari sepasang sejoli berdarah Jawa. Jauh sebelum dia lahir, kedua orang tuanya telah berkelana mencari rezeki ke daerah Sumedang yang terletak di Jawa Barat.
Sejak kecil, anak perempuan itu turut berkelana bersama kedua orang tuanya. Hal itu berbeda dengan kedua kakaknya yang tinggal di daerah asal mereka. Anak perempuan itu tumbuh dan berkembang di lingkungan Sunda. Tetangganya semua asli Sunda, pengasuhnya juga asli orang Sunda. Sejak TK hingga SMA, anak itu juga bersekolah dan berteman dengan orang-orang Sunda. Bahkan ketika mengecap pendidikan yang lebih tinggi dia berkuliah di universitas dengan nama yang sangat kental kesunda-sundaannya. Lokasinya pun masih di daerah Jawa Barat, secara tidak langsung dia tetap berkutat di lingkungan itu.
Anak perempuan itu tidak merasa terganggu dengan lingkungannya. Dia menikmati hidup bersama orang Sunda. Teman baiknya pun berasal dari suku Sunda. Walau terkadang, ketika sesekali dia pulang ke kampung halamannya, dia lebih sering memamerkan senyum dan cengiran khas ketika diajak mengobrol mengggunakan bahasa jawa. Antara bingung ditanya apa dan bingung tidak tahu harus menjawab apa.
Dia tetap menikmati hidupnya. Justru dia bersyukur bisa hidup di antara irisan kedua suku. Sampai suatu hari, dia bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda itu tampan (emang ganteng sih jadi gimana dong, palingan orangnya juga nyadar kalau dia ganteng. Sebenernya gak nyambung sih tapi biarkan lah). Pemuda itu sama dengan anak perempuan tadi, terlahir dan berasal dari suku Jawa. Logat Jawanya sangat kental. Orang yang bertemu dengannya bisa langsung menebak bahwa dia orang Jawa.
Siang hari itu, anak perempuan itu berkata, “Aku orang jawa loh. Gak keliatan kan? Logat jawanya pun gak ada?”
Pemuda itu terkejut, “Hah? Masa?”
Bagi anak perempuan itu, sudah biasa mengatakan identitas dirinya seperti itu dan mendapati keterkejutan dari orang-orang.
Di lain hari, sang pemuda bertanya kepada anak perempuan itu, “Di rumah gak diajarin bahasa jawa apa? Ngomongnya sunda terus?” Dia mempertanyakannya. Jelas karena anak perempuan itu justru lebih fasih berbahasa Sunda.
“Iya, gue kehilangan identitas,” kata anak perempuan itu dengan jenaka. Itu adalah kalimat pamungkasnya untuk menghindari pertanyaan yang lebih membingungkan.
Anak perempuan itupun menjelaskan. Apa yang menyebabkannya tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam hal ini. Lagi pula, ketika anak perempuan itu kecil terasa aneh jika menggunakan bahasa Jawa diantara temannya yang orang Sunda. Dia bisa saja habis-habisan dikatai. Dalam kasus ini, fakta bahwa anak perempuan itu keturunan Jawa saja sudah menjadi bahan olok-olokan.
Suatu hari, anak perempuan itu mendengar (walau secara tidak langsung) sang pemuda berkata, “Kalau di rumah memang diwajibkan berbahasa Jawa sama Bapak. Supaya gak lupa sama budaya.” Pernyataan itu sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan teman mereka berdua. Salah sorang teman itu hanya bertanya, mengapa kamu mengunakan bahasa Jawa.
Pernyataan dari pemuda itu membuat anak perempuan itu berpikir. Benar-benar berpikir. Benarkah dirinya kehilangan identitas? Sungguh. Sekali seumur hidupnya, dia benar-benar merasa sedih hidup di antara irisan kedua suku. Hanya karena bertemu dengan pemuda itu. Hanya karena mendengar apa pendapat orang.
Sekian.
Sampai hari ini, terkadang saya merasa terlalu lemah. Mengapa memikirkan pendapat orang lain tentang saya? Saya seharusnya tidak perlu merasa aneh, gak normal atau semacamnya. Saya seharusnya tetap menjadi saya yang dulu. Saya seharusnya memanfaatkan kesempatan yang Tuhan beri kepada saya. Hidup di dua budaya tentu akan memperkaya pengetahuan. Saya merasakannya. Sangat. Terkadang saya ingin berteriak kepada diri saya sendiri dan berkata, “Fokus sama apa yang kamu punya! Syukuri apa yang kamu punya!” Saya berharap saya bisa lebih kuat.
Untuk siapapun di luar san yang punya kehidupan seperti saya mungkin bisa lebih rumit. Mari kita syukuri saja apa yang Tuhan beri. Tuhan patsi tahu apa yang terbaik untuk kita. Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca tulisan saya yang absurd. :)

You

Saturday, 15 August 2015

You
Someone who can't look me straight to my eyes

In the night when no one around us, You sit there in front of me. Piano instrument, that I never know the title, is played. I've been waiting so long for this moment. I should be happy now. But, you know what? I'm not happy at all.
You just sit there without look to me. I should angry. I can't sit and talk with someone who can't look straight to my eyes. But darling, I've been loving You for long time. I should happy now. Should happy.
Tonight, you make me realize that happiness is such of bullshit. How can I know that You love me or not? You can't look at me. You can't look at me. Tonight, there's something that I realize too. The fact that I never know what you feel. Like the lyric that you always sing, "If your eyes look at me, unfold all the contents of my heart". But now darling, I never know your feeling to me. All I know now just two eyeballs are you handheld.

Untuk Hati

Sunday, 9 August 2015

I owe the picture here

Untuk hati
Tidak bisakah lebih tenang?
Aku tahu, genderang perang telah ditabuh
Bara api semakin menyala
Tetapi, tidak bisakah kita lebih tenang menghadapinya?

Untuk hati
Tidak bisakah lebih bersabar?
Menang bukan perkara dia yang pertama
Terburu-buru tak bisa menempatkanmu disana


Untuk hati
Tidak bisakah kita berdamai?
Lelah selalu menghampiri
Tidak bisakah kau memberi ketenangan?
Tidak bisakah kita menjalaninya bersama?

Untuk hati
Kuharap engkau tetap kuat
Jalanan terjal itu pernah kita lalui
Dan sungguh, jalanan terjal itu akan selalu ada

Untuk hati dalam raga ini, kuharap engkau selalu kuat

                                                                                     (catatan setelah bangun terlalu pagi)



Magang seru di YUM Organic Farm : Part 1

Monday, 3 August 2015

Pemeliharaan Tomat

Pertanian organik. Sesuatu yang cukup hangat dibicarakan belakangan ini. Saya pribadi mengenal baik pertanian organik setelah mengambil satu mata kuliah sistem pertanian berkelanjutan. Itu adalah pertama kalinya saya mencoba membudidayakan suatu tanaman secara organik. Jujur saja, sangat sulit untuk melakukannya. Apalagi tanaman yang saya tanam adalah tomat yang notabene cukup rewel. Ditambah lagi kondisi lingkungan sekitar pun tidak begitu mendukung. Alhasil tomat saya banyak terserang hama penyakit.
Bagi kalian yang belum tahu apa itu pertanian organik biar saya jelaskan sedikit. Jujur sih saya lupa definisi pastinya tapi pertanian organik itu adalah sistem budidaya tanaman yang tujuannya itu menjaga keseimbangan lingkungan. Kita tidak menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia yang diperjualbelikan dipasaran. Pertanian organik juga lebih memanfaatkan bahan yang ada dialam. Sistem yang terbentuk adalah sistem yang terintegrasi.
Alhamdulillah, bulan Juli sampai sekarang ini saya mendapatkan kesempatan untuk terjun langsung dan mengenal baik apa itu pertanian organik. Bukan hanya teori yang saya dapat tetapi langsung praktik di lapangan. Sebenarnya hal ini tidak terlepas dari “paksaan” kampus. Selama satu bulan saya harus melaksanakan kuliah kerja profesi atau magang di perusahaan atau institusi yang bergerak di bidang pertanian (yaiya dong ya kan saya anak pertanian).
Panjang ceritanya sampai saya akhirnya ditempatkan di YUM Organic Farm. YUM atau lebih jelasnya Yayasan Usaha Mulia merupakan suatu yayasan yang bergerak di bidang sosial. Takut-takut saya salah menjelaskan silakan cek langsung ke website mereka. Kebun organik di YUM ini baru berusia 5 tahun. Tujuan dibentuknya untuk memenuhi kebutuhan yayasan.
Saya sangat senang berada di YUM Organic Farm. Staffnya sangat ramah dan lingkungannya sangat nyaman. Saya banyak belajar disini. Satu minggu kemarin saya baru dapat bagian di lapangan. Saya bertugas menanam dan menyiram lahan. Saya diajarkan membuat lubang tanam dengan cepat dan penanaman bibit. Kalau urusan nyiram, duh saya sih seneng soalnya seger tapi ya capek juga soalnya harus pindah-pindah selang dan jongkok berdiri (bedengan di YUM ini ditutupi sungkup plasik jadi harus jongkok berdiri untuk nyiram). Selain menanam dan menyiram, saya juga melakukan pemeliharaan tomat seperti penjarangan buah dan perompesan. Tidak lupa, hal yang sangat menyenangkan yaitu panen! Saya sangat suka panen daun mint. Panennya enak tinggal gunting-gunting hehe. Wanginya pun enak jadi betah panen mint.
Pemeliharaan Tomat
Kanan : Indah, Trixie, Saya
Kiri : Kang Reza (staff YUM)
Untuk awal minggu ini saya bertugas di persemaian. Belum tahu pasti seperti apa tapi saya siap untuk ilmu dan pengalaman baru. Doakan supaya lancar ya magangnya. Semoga buat laporannya juga lancar. Hidup pertanian! Yeay!

Today Feeling : Mixed

Monday, 27 July 2015

Kalau dipikir-pikir dan diingat-ingat sepertinya sudah sangat lama saya tidak menangis, terutama menangis karena hal-hal nyata bukan novel, drama, film dan hal fiksi lainnya. Hidup saya terasa baik-baik saja. Bahkan ketika saya harus pergi dari rumah beberapa hari yang lalu, saya tidak menangis. 

So, apakah saya sangat kuat sampai tidak perlu menangis?
Jawabannya tidak

Baru kemarin, saya tiba-tiba merasa bahwa saya hanya berusaha untuk kuat. Saya gak pernah terlihat merasa sedih ketika berpisah dengan keluarga tapi kemarin saya menangis mengingat betapa saya sangat menyayangi mereka. Bahwa benar adanya ketika kita jauh, hanya keluargalah yang akan membukan tanganya lebar menyambut kita.


Selain rasa rindu dan sayang dengan keluarga, sebuah lagu yang menggambarkan isi hati saya turut mendukung campur aduknya perasaan.


Dream, Dare, and Do

Tuesday, 7 July 2015


Hari baru telah tiba. Hari ini kita sudah memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Sedih rasanya karena saya sendiri merasa belum maksimal beribadah di bulan yang istimewa ini. Walaupun begitu, kita tetap harus semangat menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya di 10 hari terakhir Ramdhan. Kali ini, saya mau menulis sesuatu yang sebenarnya terpikirkan sejak dua minggu yang lalu. Berhubung anaknya malas minta ampun, saya baru sempat menulis sekarang.

Saya mau tanya nih sama pembaca sekalian, berapa banyak orang di dunia ini yang mempunyai mimpi? Hayoo kira-kira bisa jawab gak? Hihihi

Jawaban gampangnya ya hampir semua penduduk dunia pasti punya mimpi. Mimpi disini adalah suatu hal yang ingin orang itu capai dan miliki. Kira-kira nih ya 6-7 miliyar orang di dunia memiliki mimpi. Sayangnya hanya sebagian orang saja yang mampu mewujudkan mimpinya.

Tidak perlu jauh-jauh, diri kita sendiri, keluarga dan teman kita pasti memilliki mimpi. Kita semua mempunyai kemampuan yang sama yaitu akal, yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan sebagai alat untuk mewujudkan mimpi. Lantas, sudahkah mimpi kita terwujud? Saya sendiri akan menjawab belum.

Loh, kenapa ya kita yang nyatanya dibekali akal untuk berpikir belum mampu mewujudkan mimpi kita?
Setelah kita berani membuat suatu wilayah di otak dan hati kita yang bernama Dream. Kita harus mulai memikirkan, akan kemana wilayah itu bergerak. Sebagian besar dari kita pasti akan terhambat dengan hal-hal sepele. Bagaimana menggerakkannya? Sebaiknya ke arah mana ya menggerakkannya? Duh kalau cara itu salah, saya harus balik arah dong, capek pastinya. Ataupun pemikiran seperti, nanti saja deh nunggu pemetaannya matang baru jalan. Iya kalau pemetaannya dikerjakan, kalau tidak? Say bye to your dream!

Oleh karena itu, kita butuh dua hal yang penting dalam mewujudkan mimpi. Apakah itu? Selamat bertemu dengan Dare and Do. Mimpi yang kita miliki jangan cuma disimpan ditoples dan dimasukan ke dalam kulkas. Lama kelamaan mimpi tersebut akan membeku dan tidak segar lagi. Cara untuk kita bisa mewujudkan mimpi adalah berani bertindak dan mengerjakan mimpi tersebut.

Berani dalam konteks ini adalah hal yang luas. Untuk mewujudkan mimpi, kita harus berani memimpikan mimpi itu sendiri, berani mengambil tindakan, berani menghadapi kegagalan karena tidak ada satu kisah sukses tanpada kegagalan. Kalau kamu sudah berani bermimpi, yuk mulai berani untuk mengerjakannya. Berani untuk mengambil segala resiko yang ada. Jangan lupa do’a kepada Tuhan. Karena usaha tanpa do’a sama dengan bohong.

Lantas, ada pertnyaan seperti ini, kalau berani bertindak tanpa ada perencanaan yang baik, nanti gagal dong?
Iya. Benar. Saya sepakat kok dengan kalian semua yang berpikir kita perlu merencakan segala sesuatu dalam hidup kita agar kita bisa mewujudkan mimpi.  Perencanaan itu penting. Kalau mimpi ya jangan setengah-setengah (ini sih saya). Mulai susun langkah-langkah sesaat kita mulai bermimpi. Kenapa harus secepatnya dan direncanakan dengan cepat?

Sedikit berbagi pengalamn pribadi saya. Saya ini orang yang kebanyakan mikir. Apa-apa dipikirkan. Begitupun dalam hal seperti ini. Saya punya mimpi ingin menjadi penulis tapi saya tidak berani mencoba untuk menulis dengan serius. Alhasil ya ndak kecapai itu mimpi. Ini contoh kebanyakn mikir dan perencanaan yang terlalu lama itu menghambat mimpi kita. Ingat tapi ya, perencanaan dibuat bukan hanya cepat tetapi harus secara tepat juga.

Omong-omong, istirahat dulu nulisnya. Ini paragraf selingan saja. Kalau dipikir-pikir saya berasa jadi motivator. Hahaha (pssst, sebenarnya tulisan ini dibuat untuk memotivasi diri sendiri).

Balik lagi ke topik. Saya jadi ingat waktu itu pernah hadir di satu acar talkshow di kampus. Salah satu pembicaranya adalah Pak Ade, Direktur Tangan Di Atas (TDA). Ada seorang mahasiswa yang bertanya, bagaimana memulai suatu usaha? Tema waktu itu adalah mengenai bewirausaha. Pak Ade tidak menjawabnya langsung, dia berdiri, mengeluarkan uang Rp 50.000,- dan menawarkannya kepada kami, peserta. Dia bertanya “siapa yang mau uang ini?”. Kami semua serentak menjawab “saya!”. Lalu, Pak Ade kembali bertanya pertanyaan yang sama terus menerus dan kebanyakan dari kami hanya berkata “saya!”. Pak Ade tidak serta merta memberikan uang itu kepada kami sekencang apapun kami berteriak. Tahukah kalian kepada siapa uang itu diberikan? Uang itu diberikan kepada seseorang yang mau bergerak, melangkah ke panggung dan mengambil uang itu langsung dari Pak Ade. Saat itu, saya tersadar, dalam hal apapun utnuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan kita hanya perlu bergerak, ya berusaha.

Cerita itu sebagai salah satu penyadar kita cara melengkapi langkah untuk mewujudkan mimpi. Pertama kali kamu berani bermimpi, jagalah dengan baik mimpi itu. Jangan lupa buat perencanaan yang matang untuk mewujudkannya. Berani bertindak dan kita harus berani gagal. Langkah selanjutnya tentu berusaha mengerjakan hal yang mampu mewujudkan mimpi itu. Last but not least, jangan lupa berdo’a. Tuhan itu baik. Dia mau memberikan manusia apapun bahkan tanpa kita minta tapi alangkah lebih bermartabatnya kita sebagai manusia jika mampu menghargai pemberiannya dan mampu merendahkan diri, mengingat bahwa kita hanya titik kecil di muka bumi ini.

Pesan saya untuk kita semua (untuk saya sendiri juga), jangan lupa bermimpi dan teruslah bermimpi. Let’s dream, dare and do. Sekian dari saya, semoga tulisan ini bermanfaat. Kalau kata anak zaman sekarang, see you on top!


Terus Bergegas dengan Berbagai Gagasan!

Saturday, 4 July 2015

Selamat Ualng Tahun Ke-12 GagasMedia

Selamat pagi semua. Gak kerasa udah hari Sabtu lagi. Sejujurnya weekend seperti ini gak begitu ngefek buat saya yang notabene sedang berlibur. Rencana Sabtu ini saya dan teman-teman akan pergi ke Cirebon untuk menengok teman kami yang sakit tapi ternyata yang mau ditengok sudah berada di Bandung sekarang. Sebenarnya senang dia sudah sembuh tapi rencana main-mainnya gagal deh hehe.
Karena rencana awal gagal total, saya berniat mengisi weekend ini dengan menulis blog dan ehm melanjutkan naskah yang sedang saya garap. Tidak lupa juga tetap melaksanakan kegiatan saya sebagai part timer baby sitter :D
So, apa sih yang saya mau tulis kali ini? Ada apa dengan bergegas dan gagas?
Tulisan ini saya buat untuk mengikuti salah satu event dari GagasMedia yang sedang merayakan ulang tahun yang ke-12 (yeee, kasih selamat ya guys). Event yang saya ikuti ini bernama Kado Untuk Blogger. Event ini memang rutin diadakan oleh GagasMedia tapi baru kali ini saya ikut.
Sesuai dengan persyaratan dari Gagasmedia saya akan menjawab 12 pertanyaan yang diajukan. Yuk yuk mari baca!
1.      Sebutkan 12 judul buku yang paling berkesan setelah kamu membacanya!
Hmm sebenarnya saya sedikit kebingungan menjawab pertanyaan ini. Hanya 12? Gak bisa lebih? Pasti gak bisa sih karena Gagas berusia 12 tahun so pasti jawabnnya harus 12. Setelah saya pilih kembali inilah beberapa judul buku yang membuat saya berkesan setelah membacanya
-          Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh
-          Supernova: Partikel
-          Supernova: Gelombang
-          Unplanned Love
-          I For You
-          Infinitely Yours
-          Cinta. (Cinta dengan Titik)
-          Ketika Cinta Bertasbih 2
-          Rectoverso
-          Winter in Tokyo
-          The Perks of Being Wallflower
-          Little Prince
Ya, itulah 12 buku yang menurut saya paling berkesan. Urutan penulisan tidak menentukan mana buku yang paling berkesan. Dua belas buku ini saya pilih karena ceritanya yang menarik, cara penulisannya yang fantastis, ending yang tak diduga dan
2.      Buku apa yang pernah membuatmu menangis, kenapa?
Dua buku yang benar-benar membuat saya bercucuran air mata adalah buku Ketika Cinta Bertasbih 2 dan I For You. Dalam buku Ketika Cinta Bertasbih 2 dimana Azam dan sang Ibu mengalami kecelakan motor, saya menagis tersedu-sedu. Entah bagaimana tapi saya seolah berada dalam situasi tersebut. Mungkin juga karena saya sangat dekat dengan Ibu jadi sangat terasa sedihnya.
Novel I For You yang memang mengusung cerita tentang seseorang yang mengidap penyakit unik membuat saya berhasil mengurai air mata. Sebenarnya saya menangis bukan karena Cessa, tokoh utama melainkan Surya, Benzi, dan Bulan yang secara langsung terkena damapaknya. Terutama Bulan yang digambarkan sebagai tokoh kuat harus rela melepaskan orang yang dia sayang. Saya bisa merasakan perasaannya. Memangnya hanya orang lemah saja yang perlu dilindungi? Saya menangis karena merasa dunia terkadang tidak adil (Saya memang suka berlebihan dalam menghayati suatu cerita).
3.     Apa quote dari buku yang kamu ingat dan menginspirasi?
Honestly, saya bukan orang yang suka dengan quote dari buku. Bukan tidak suka sih tapi tidak begitu memperhatikan seolah semuanya sama, bukan quote. Tetapi ada satu quote dari buku Dewi Lestari yang paling saya ingat.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring bukan digiring.
Bagi saya, quote di atas tidak hanya merujuk dalam hubungan kekasih tetapi dalam hal apapun dengan siapun kita terkadang membutuhkan spasi, bukan? Kita butuh jarak agar tetap menjadi diri kita. Quote ini juga mengingatkan untuk tidak memaksakan kehendak (hal ini sering terjadi). Kita tidak perlu menggiring seseornag untuk mengikuti kita ataupun menjadi seperti apa yang kita inginkan.
4.      Siapakah tokoh dalam buku yang ingin kamu pacari? Hayo, berikan alasan kenapa kamu cocok jadi pasangannya. Hehehe
Kalau boleh milih saya mau pacaran sama Arwin, suami Rana dalam novel Supernova Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Kenapa? Masnya ini baik banget, santun, sayang sama pasangan. Saya jatuh cinta sama dia agak telat memang, setelah membaca buku Supernova Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh beberapa kali, saya baru kepincut dengan Arwin. He’s too good to be true. Mana ada orang yang rela melepaskan orang yang dia cintai supaya dia bahagia? Masnya terlalu naif memang tapi saya suka penggambaran teh Dee tentang Arwin.
Sepertinya kalau saya dan Arwin jadi pasangan bakal cocok. Saya orangnya semrawut, emosional dan gampang insecure. Kalau saya dipasangkan dengan Arwin, dia pasti bisa mengimbangi saya dan memahami saya dengan baik (duhilah bahasanya). Sayangnya saya gak tau seberapa romantis Arwin. Coba kalau Arwin seromantis Ferre, duh paket lengkap banget.
5.      Ceritakan ending novel yang berkesan dan tak akan kamu lupakan!
Susah! Saya pelupa. Hahaha.
Saya sedikit ceritakan ending novel The Perks of Being Wallflower saja. Semoga tidak salah-salah ya. Jadi di akhir cerita novel ini, Charlie menjadi sosok yang lebih berani dan tidak tertutup lagi. Di akhir cerita, Charlie mengingat betul apa yang bibinya pernah lakukan pada dia sewaktu kecil ya pelecehan seksual. Berkat bantuan dari dokternya dia mampu berdamai dengan masalah bibinya, keluarganya juga teman-temannya.
Akhir novel ini mengesankan. Penulis mampu menyuguhkan akhirnya yang membuat hati saya turut berdesir dan berkata “akhirnya, congrats Charlie”.
6.      Buku pertama GagasMedia yang kamu baca dan kenapa memilih itu?
Saya sangat ingat betul, buku pertama Gagas yang saya baca adalah buku Mba Widya Octavia, Kucing Melulu dan Cerita Cinta Me(Lulu). Dulu saya meminjamnya di perpustakaan umum Sumedang. Alasan saya membacanya tentu karena covernya yang lucu dan judulnya yang unik. Covernya itu bisa dibuka macam jendela gitu. Pas zaman saya smp, baca buku yang covernya lucu gitu sangat jarang. Ceritanya juga cukup menarik.
7.      Dari sekian banyak buku yang kamu punya, apa judul yang menurutmu menarik, kenapa?
Ada buku baru terbitan GagsMedia yaitu buku dari seri #LoveCycle. Kebetulan tim saya kemarin menang di Love Cycle Online Festival, alhamdulillah jadi bisa baca bukunya. Judulnya lucu-lucu walau beberapa ada yang cheesy kalau dibacakan. Judul yang paling menarik itu I Love You, I Just Can’t Show You. Iya kepanjangan sih tapi lucu aja. Menggambarkan kisah cinta pertama sejuta umat.
8.      Sekarang, lihat rak bukumu, cover buku apa yang kamu suka, kenapa?
Cover buku yang saya suka adalah cover buku Infinitely yours. Bahan yang digunakan untuk cover bagus dan sesuai dengan ilustrasi cover.
9.      Tema cerita apa yang kamu sukai, kenapa?
Romance for sure!
Hidup saya gak bisa jauh-jauh dari cerita berbau romance. Berhubung saya orangnya suka ngayal, berbagai cerita romance dengan bumbu yang berbeda-beda membuat saya semakin leluasa berkhayal tenatng kehidupan orang lain.
(Alasan saja, sebenarnya saya suka romance karena kisah percintaan saya aneh datar dan flat. Hahaha)
10.  Siapa penulis yang ingin kamu temui, kalau sudah ketemu, kamu mau apa?
Teh Dewi ‘Dee’ Lestari. Ya ampun, sampai sekarang belum diaksih rezeki buat ketemu penulis kesayangan. Kalau ketemu kayaknya saya mau minta tanda tangan, foto bareng, kalau boleh sih meluk. Cari aman banget kan? Ya mau gimana lagi, masa baru pertama kali ketemu langsung minta uang hahaha.
11.  Lebih suka baca e-book (buku digital) atau buku cetak (kertas), kenapa?
Tentunya lebih suka dan lebih nyaman membaca buku cetak. Karena mata saya sudah tidak sehat jadi membaca e-book terkadang benar-benar menyiksa.
12.  Sebutkan 12 kata untuk GagasMedia menurutmu!
Gagasannya
Aktual
Gerakannya
Ada
Semangatnya
Membudaya
Empowering-nya
Dahsyat
Inovatif
Acceptable
Orientasinya
Kreatif

Ya, segitu jawaban-jawabn saya dari 12 pertanyaan. Saya senang GagasMedia selalu rajin membuat event dalam mempromosikan bukunya ataupun event saat perayaan ulang tahun seperti ini. Senangnya itu karena dunia perbukuan Indonesia menjadi ramai. Sukses selalu untuk GagasMedia. Terus bergegas dengan bebragai gagasan yang menarik dan inovatif. Terus menjadi wadah bagi para penulis Indonesia. Mari tingkatkan angka membaca masyarakat Indonesia. Last but not least, selamat ulang tahun GagasMedia!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS