Pages

Review Korean Drama : I Remember You

Sunday 30 August 2015

Wohooo saya balik lagi setelah beberapa hari menghilang. Sejujurnya saya mulai terjangkit lagi virus malas nulis (iya males). Alhamdulillahnya saya kembali sadar tujuan saya buat nulis (apa hayooo?). Tadi pagi pas buka blogger sampai mikir, ini apa sih yang saya mau tulis? Terus keinget tadi abis blogwalking, saya pikir kenapa gak bikin review aja. Belum pernah ngereview sih tapi gak ada salahnya dicoba.
Review pertama yang akan saya post di sini perihal drama korea. Jangan pada protes ya, review buku dan make up menyusul. Iya saya abis beli lipcolor gitu jadi berniat buat ngereview. Agak siang deh ya ngereviewnya berhubung butuh lighting yang bagus buat foto-foto (foto produknya kok bukan foto saya).
Poster I Remember You
Sumber : asianwiki
I Remember You atau dikenal dengan judul Hello Monster merupakan salah satu drama korea yang tayang di channel KBS2 pada bulan Juni-Agustus 2016. Saya sendiri baru sempat menonton dan menyelesaikannya bulan Agustus akhir ini karena baru beres magang.
Tema yang diangkat dalam drama ini tentunya romance dengan bumbu misteri dan thriller. I Remember You menceritakan tentang Lee Hyun, seorang criminal profiler, dan Cha Ji An, detektif, yang terlibat dalam sebuah tim investigasi. Tim investigasi tersebut mengungkapkan kasus-kasus yang membawa Lee Hyun dan Cha Ji An pada seseorang yang mereka sama-sama cari sejak kecil yaitu Lee Joon Young. Terungkaplah masa lalu keduanya dan Lee Joon Young.

Tim Investigasi Spesial
Sumber : asianwiki
Drama ini mengalir dengan baik meski ditutup dengan akhiri yang membuat saya bingung. Cukup anyak poin yang saya suka dalam drama ini. Mari kita breakdown satu per satu.
1.     Akting pemain yang mumpuni
Alasan utama dan pertama kenapa saya memilih untuk menonton drama ini karena pemain utamanya adalah Seo In Guk. Ya, saya sangat suka dengan aktingnya yang selalu mampu mengeluarkan karakter setiap tokoh (ini otak saya eror, kata-katanya gak tepat banget). Begitupun dalam drama I Remember You, Seo In Guk berhasil menyalurkan perasaan frustasi, merasa bersalah, dan sedihnya kepada penonton.
Apakah hanya Seo In Guk yang memerankan tokoh drama ini dengan baik?
Bukan hanya dia. Hampir semua pemain memerankan setiap tokoh dengan baik dan dengan porsi yang tepat. Ada Jang Nara, si tokoh utama perempuan, yang berhasil membuat penonton menyukainya dan melepaskan label bahwa tokoh utama perempuan drama korea itu menye dan cantik.
Berhubung ini drama misteri dan thriller, kalau akting pemainnya gagal ya sudah feel-nya gak akan dapat. Mangkannya saya mau berterima kasih untuk semua pemain mulai dari Park Bo Geum, Choi Won Young, bahkan sampai Do Kyungsoo (member EXO) yang hanya muncul beberapa episode.
Itulah kenapa k-net (korean netizen), kritis banget setiap ada berita perihal pemeran-pemeran dalam suatu drama. Aktor/aktris yang baik pasti akan mampu membawakan cerita sebuah drama dengan baik.
2.     Plot yang menarik
Cerita seperti drama I Remember You bukan pertama kalinya saya tonton. Bahkan ada beberapa cerita yang sudah tertebak sejak awal. Akan tetapi, scriptwriternya apik membungkus cerita jadi alurnya mengalir begitu saja. Hampir tidak ada plothole dalam drama ini. Semuanya terisi dengan penuh sehingga sedikit sekali menimbulkan kebingungan.  Memang, ada beberapa adegan yang  membuat saya berpikir ulang dan mereka adegan sendiri. Gak akan saya tuliskan disini karena takutnya spoiler. 
3.     Karakter yang kuat
Lagi-lagi saya ingin mengangkat jempol saya untuk scriptwriter drama ini, Kwon Ki-Young, yang mampu menciptakan tokoh-tokoh yang jenius (jenuis bukan berarti sebenarnya). Tokoh dengan gangguan kejiwaan tergambarkan dengan baik. Menguras emosi. Ingin membenci tokoh tapi terkadang, perasaan iba muncul begitu saja.
4.     Good Soundtrack
Soundtrack pertama yang diluncurkan drama ini berjudul Remember. Soundtrack pertama dan soundtrack yang paling saya suka sepanjang drama. Soundtrack itu dinyanyikan oleh Dear Cloud. Jujur saja, saya baru pertama kali mendengarkan grup tersebut. Lirik Remember menggambarkan betul perasaan Lee Hyun. Nada yang simpel dan agak mendayu menyihir telinga kita dan menyulut emosi kita untuk ikut meresapi karakter Lee Hyun. Here the video


5.     Bajunyaaaa
Saya gak tau sih ini masuk review atau engga tapi ya saya betah sekali nonton drama ini karena baju-baju yang dipakai pemainnya sangat stylish. Cakep banget haha.



sumber : onehallyu

Sejujurnya saya capek nyari fotonya. Kalian harus nonton langsung dan jatuh cinta sama style mereka terutama. Saya bahkan penasaran kemeja merk apa yang dipake Seo In Guk. Oh ya, bukan hanya tokoh utama yang wardrobenya bagus tapi hampir seluruh pemain :')
Overall, drama ini akan saya beri poin 8/10. Poin yang saya maksudkan disini menunjukan seberapa suka saya terhadap drama ini bukan baik atau buruknya karena saya buakn penilai. Saya suka sekali drama ini dan akibatnya saya menunggu drama Seo In Guk lainnya setelah ini.
Terus membaca blog saya dan nantikan review-review lain. See yaaa :)

Comfort zone

Tuesday 18 August 2015

I owe the picture here

Banyak orang yang selalu meyakinkan laki-laki itu untuk keluar dari zona nyamannya. Bukan hanya sekali juga laki-laki itu mencoba untuk keluar dari zona nyamannya. Ia sudah terlalu bosan untuk terus mencoba dan akhir menemukan fakta bahwa dia tak bisa pergi dari sana. Tempat dimana dia selalu kembali pulang.
Bimo Mahardika Atmojo. Sudah berulang kali dia mencoba untuk pergi menjauh dari racun dalam hidupnya. Sejauh itu pula dia selalu kembali kepada pada sosok itu. Sosok gadis yang tak pernah bisa dia hapuskan dari pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu.
Sudah lebih dari tiga tahun rasanya mereka bersama. Dan Bimo, masih terjebak dalam keadaan itu. Dalam keadaan yang tak berdaya dan lebih memilih bertahan lebih lama dibandingkan menyerah. Dia terlalu sayang dan takut kehilangan dalam waktu yang bersamaan. Bagi Bimo hidup jauh dari gadis itu adalah ide paling buruk yang pernah muncul di otaknya yang cemerlang.
Dia pernah hampir gila memikirkan kemungkinan berpisah dengan Kanaya, ya nama gadis itu, gadis yang membuatnya gila.
Hari itu satu minggu menjelang pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi, Kanaya bertanya pada Bimo, “Gimana kalau aku kuliah di Jepang? Aku gak perlu daftar SNMPTN kayak gini. Ribet tau gak sih Bim.”
Bimo hanya bisa tergelak. Panik dia mencoba menggugurkan rencana Kanaya.
“Kamu yakin Ibu bakal ngizinin? Kemarin minta kuliah di Jogja aja malah dimarah-marahin. Udahlah mending kuliah di Bandung,” ujar Bimo mencoba meyakinkan Kanaya.
“Bosen Bim. Seumur hidup dari kecil sampe sekarang tinggal di Bandung mulu. Urusan Ibu kan gampang. Ibu pasti seneng anaknya bisa kuliah di luar negeri,” kata gadis itu sembari memamerkan deretan giginya yang tidak rapih.
“Yakin banget sih. Gak kasian apa ninggalin Ibu sendiri?” Bimo tak mau berhenti begitu saja membuat gadis itu menyerah. Usahanya tak berhenti disitu.
Kanaya berpaling dari novel yang dipegangnya. Dia menunjukan muka yang sangat sebal pada Bimo. “Belum apa-apa udah bikin patah semakin. Gak asik Bim,” protesnya.
Bimo hanya bisa tertawa. Diacak-acaknya puncak kepala Kanaya. “Bukannya mau bikin patah semangat. Aku cuma ngasih tahu sesuatu yang realistis. Kamu mau pergi dari Ibu? Jauh dari aku?”
Kanaya terdiam. Dia tidak tahu jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Bimo. Dia memang tidak pernah jauh dari Ibunya. Dan orang di sampingnya sekarang menjadi orang kedua yang tak bisa Kanaya jauhi. Entah mengapa, Kanaya tak bisa jauh dari Bimo. Dia sudah terlalu terbiasa.
Dua tahun sejak percakapan itu berlalu, Bimo memang berhasil membuat Kanaya tetap berada disampingnya. Dan selama dua tahun itu pula Bimo berhasil membuat dirinya semakin nyaman berada dekat dengan Kanaya. Dia hanya berharap, semuanya akan baik-baik saja.


Jawa atau Sunda

Monday 17 August 2015


Sudah cukup lama saya tidak menulis tentang sesuatu yang agak serius. Mungkin beberapa dari kalian akan bosan membaca blog saya yang diisi dengan tulisan project 101 Things That I Wanna Say To You (tetep promosi ya :p). Haha maklum ya jiwa marketingnya keluar.
Sudah, sudah mari fokus kembali. (Maafkan penulis yang suka melenceng keman-mana)
Judul tulisan saya kali ini memang agak rasis. Secara membawa dua nama suku yang ada di Indonesia. Saya gak berniat membahas hidup orang lain. Yang saya mau bahas kali ini ya tetap hidup saya. Tentang saya yang seolah kehilangan identitas diri.
Alkisah.
Dulu sekali, seorang anak perempuan bernama Ade Risti lahir di Sukoharjo. Dia adalah keturunan dari sepasang sejoli berdarah Jawa. Jauh sebelum dia lahir, kedua orang tuanya telah berkelana mencari rezeki ke daerah Sumedang yang terletak di Jawa Barat.
Sejak kecil, anak perempuan itu turut berkelana bersama kedua orang tuanya. Hal itu berbeda dengan kedua kakaknya yang tinggal di daerah asal mereka. Anak perempuan itu tumbuh dan berkembang di lingkungan Sunda. Tetangganya semua asli Sunda, pengasuhnya juga asli orang Sunda. Sejak TK hingga SMA, anak itu juga bersekolah dan berteman dengan orang-orang Sunda. Bahkan ketika mengecap pendidikan yang lebih tinggi dia berkuliah di universitas dengan nama yang sangat kental kesunda-sundaannya. Lokasinya pun masih di daerah Jawa Barat, secara tidak langsung dia tetap berkutat di lingkungan itu.
Anak perempuan itu tidak merasa terganggu dengan lingkungannya. Dia menikmati hidup bersama orang Sunda. Teman baiknya pun berasal dari suku Sunda. Walau terkadang, ketika sesekali dia pulang ke kampung halamannya, dia lebih sering memamerkan senyum dan cengiran khas ketika diajak mengobrol mengggunakan bahasa jawa. Antara bingung ditanya apa dan bingung tidak tahu harus menjawab apa.
Dia tetap menikmati hidupnya. Justru dia bersyukur bisa hidup di antara irisan kedua suku. Sampai suatu hari, dia bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda itu tampan (emang ganteng sih jadi gimana dong, palingan orangnya juga nyadar kalau dia ganteng. Sebenernya gak nyambung sih tapi biarkan lah). Pemuda itu sama dengan anak perempuan tadi, terlahir dan berasal dari suku Jawa. Logat Jawanya sangat kental. Orang yang bertemu dengannya bisa langsung menebak bahwa dia orang Jawa.
Siang hari itu, anak perempuan itu berkata, “Aku orang jawa loh. Gak keliatan kan? Logat jawanya pun gak ada?”
Pemuda itu terkejut, “Hah? Masa?”
Bagi anak perempuan itu, sudah biasa mengatakan identitas dirinya seperti itu dan mendapati keterkejutan dari orang-orang.
Di lain hari, sang pemuda bertanya kepada anak perempuan itu, “Di rumah gak diajarin bahasa jawa apa? Ngomongnya sunda terus?” Dia mempertanyakannya. Jelas karena anak perempuan itu justru lebih fasih berbahasa Sunda.
“Iya, gue kehilangan identitas,” kata anak perempuan itu dengan jenaka. Itu adalah kalimat pamungkasnya untuk menghindari pertanyaan yang lebih membingungkan.
Anak perempuan itupun menjelaskan. Apa yang menyebabkannya tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam hal ini. Lagi pula, ketika anak perempuan itu kecil terasa aneh jika menggunakan bahasa Jawa diantara temannya yang orang Sunda. Dia bisa saja habis-habisan dikatai. Dalam kasus ini, fakta bahwa anak perempuan itu keturunan Jawa saja sudah menjadi bahan olok-olokan.
Suatu hari, anak perempuan itu mendengar (walau secara tidak langsung) sang pemuda berkata, “Kalau di rumah memang diwajibkan berbahasa Jawa sama Bapak. Supaya gak lupa sama budaya.” Pernyataan itu sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan teman mereka berdua. Salah sorang teman itu hanya bertanya, mengapa kamu mengunakan bahasa Jawa.
Pernyataan dari pemuda itu membuat anak perempuan itu berpikir. Benar-benar berpikir. Benarkah dirinya kehilangan identitas? Sungguh. Sekali seumur hidupnya, dia benar-benar merasa sedih hidup di antara irisan kedua suku. Hanya karena bertemu dengan pemuda itu. Hanya karena mendengar apa pendapat orang.
Sekian.
Sampai hari ini, terkadang saya merasa terlalu lemah. Mengapa memikirkan pendapat orang lain tentang saya? Saya seharusnya tidak perlu merasa aneh, gak normal atau semacamnya. Saya seharusnya tetap menjadi saya yang dulu. Saya seharusnya memanfaatkan kesempatan yang Tuhan beri kepada saya. Hidup di dua budaya tentu akan memperkaya pengetahuan. Saya merasakannya. Sangat. Terkadang saya ingin berteriak kepada diri saya sendiri dan berkata, “Fokus sama apa yang kamu punya! Syukuri apa yang kamu punya!” Saya berharap saya bisa lebih kuat.
Untuk siapapun di luar san yang punya kehidupan seperti saya mungkin bisa lebih rumit. Mari kita syukuri saja apa yang Tuhan beri. Tuhan patsi tahu apa yang terbaik untuk kita. Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca tulisan saya yang absurd. :)

You

Saturday 15 August 2015

You
Someone who can't look me straight to my eyes

In the night when no one around us, You sit there in front of me. Piano instrument, that I never know the title, is played. I've been waiting so long for this moment. I should be happy now. But, you know what? I'm not happy at all.
You just sit there without look to me. I should angry. I can't sit and talk with someone who can't look straight to my eyes. But darling, I've been loving You for long time. I should happy now. Should happy.
Tonight, you make me realize that happiness is such of bullshit. How can I know that You love me or not? You can't look at me. You can't look at me. Tonight, there's something that I realize too. The fact that I never know what you feel. Like the lyric that you always sing, "If your eyes look at me, unfold all the contents of my heart". But now darling, I never know your feeling to me. All I know now just two eyeballs are you handheld.

Untuk Hati

Sunday 9 August 2015

I owe the picture here

Untuk hati
Tidak bisakah lebih tenang?
Aku tahu, genderang perang telah ditabuh
Bara api semakin menyala
Tetapi, tidak bisakah kita lebih tenang menghadapinya?

Untuk hati
Tidak bisakah lebih bersabar?
Menang bukan perkara dia yang pertama
Terburu-buru tak bisa menempatkanmu disana


Untuk hati
Tidak bisakah kita berdamai?
Lelah selalu menghampiri
Tidak bisakah kau memberi ketenangan?
Tidak bisakah kita menjalaninya bersama?

Untuk hati
Kuharap engkau tetap kuat
Jalanan terjal itu pernah kita lalui
Dan sungguh, jalanan terjal itu akan selalu ada

Untuk hati dalam raga ini, kuharap engkau selalu kuat

                                                                                     (catatan setelah bangun terlalu pagi)



Magang seru di YUM Organic Farm : Part 1

Monday 3 August 2015

Pemeliharaan Tomat

Pertanian organik. Sesuatu yang cukup hangat dibicarakan belakangan ini. Saya pribadi mengenal baik pertanian organik setelah mengambil satu mata kuliah sistem pertanian berkelanjutan. Itu adalah pertama kalinya saya mencoba membudidayakan suatu tanaman secara organik. Jujur saja, sangat sulit untuk melakukannya. Apalagi tanaman yang saya tanam adalah tomat yang notabene cukup rewel. Ditambah lagi kondisi lingkungan sekitar pun tidak begitu mendukung. Alhasil tomat saya banyak terserang hama penyakit.
Bagi kalian yang belum tahu apa itu pertanian organik biar saya jelaskan sedikit. Jujur sih saya lupa definisi pastinya tapi pertanian organik itu adalah sistem budidaya tanaman yang tujuannya itu menjaga keseimbangan lingkungan. Kita tidak menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia yang diperjualbelikan dipasaran. Pertanian organik juga lebih memanfaatkan bahan yang ada dialam. Sistem yang terbentuk adalah sistem yang terintegrasi.
Alhamdulillah, bulan Juli sampai sekarang ini saya mendapatkan kesempatan untuk terjun langsung dan mengenal baik apa itu pertanian organik. Bukan hanya teori yang saya dapat tetapi langsung praktik di lapangan. Sebenarnya hal ini tidak terlepas dari “paksaan” kampus. Selama satu bulan saya harus melaksanakan kuliah kerja profesi atau magang di perusahaan atau institusi yang bergerak di bidang pertanian (yaiya dong ya kan saya anak pertanian).
Panjang ceritanya sampai saya akhirnya ditempatkan di YUM Organic Farm. YUM atau lebih jelasnya Yayasan Usaha Mulia merupakan suatu yayasan yang bergerak di bidang sosial. Takut-takut saya salah menjelaskan silakan cek langsung ke website mereka. Kebun organik di YUM ini baru berusia 5 tahun. Tujuan dibentuknya untuk memenuhi kebutuhan yayasan.
Saya sangat senang berada di YUM Organic Farm. Staffnya sangat ramah dan lingkungannya sangat nyaman. Saya banyak belajar disini. Satu minggu kemarin saya baru dapat bagian di lapangan. Saya bertugas menanam dan menyiram lahan. Saya diajarkan membuat lubang tanam dengan cepat dan penanaman bibit. Kalau urusan nyiram, duh saya sih seneng soalnya seger tapi ya capek juga soalnya harus pindah-pindah selang dan jongkok berdiri (bedengan di YUM ini ditutupi sungkup plasik jadi harus jongkok berdiri untuk nyiram). Selain menanam dan menyiram, saya juga melakukan pemeliharaan tomat seperti penjarangan buah dan perompesan. Tidak lupa, hal yang sangat menyenangkan yaitu panen! Saya sangat suka panen daun mint. Panennya enak tinggal gunting-gunting hehe. Wanginya pun enak jadi betah panen mint.
Pemeliharaan Tomat
Kanan : Indah, Trixie, Saya
Kiri : Kang Reza (staff YUM)
Untuk awal minggu ini saya bertugas di persemaian. Belum tahu pasti seperti apa tapi saya siap untuk ilmu dan pengalaman baru. Doakan supaya lancar ya magangnya. Semoga buat laporannya juga lancar. Hidup pertanian! Yeay!
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS