Pages

My Blessed Day

Monday 29 June 2015

Hari ini, ada hal yang membuat saya tertunduk penuh keharuan. Bukan hal yang besar tapi hanya hal sederhana yang mampu menggugah hati kecil ini. Membukakan jalan yang lebar untuk hati yang kebingungan mencari arah pulang. Hal itu pulalah yang membuat saya menulis, kembali menulis tepatnya.
Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan itu yang terjadi pada saya. Saya bukan orang alim. Bukan orang yang selalu taat kepada-Nya. Saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kesalahan. Beberapa bulan yang lalu, saya berpikir untuk memperbaiki diri. Hasilnya? Nol. Saya tetap jadi diri saya yang terlalu banyak “berpikir” dan tidak melakukan apapun. Baik itu soal keimanan saya maupun dalam kehidupan saya sebagai makhluk sosial. Tapi bulan Ramadhan tahun ini benar-benar membuat hidup saya berbeda (belum saatnya menggunakan kata berubah).
Beberapa minggu menjelang Ramadhan, saya bertemu seseorang. Baik, pintar, taat dan berwajah menarik. Saya kemudian sering berpikir. Orang seperti dia ini apa mungkin tertarik dengan saya? Jika boleh menilai diri, saya akan mengatakan bahwa saya orang yang menarik, baik (bagi sebagian besar orang), wawasan saya lumayan luas. Saya mencoba meyakinkan diri, jadi diri sendiri dan itu akan membuat nilai kepercayaan diri saya bertambah. Tapi sayangnya, semakin hari saya malah semakin tidak percaya diri.
Itu semua berawal dari saya yang men-stalk akun media sosial orang itu. Dia sangat alim (saya benar-benar ingin menekankan kata SANGAT). Dia itu ibarat idaman semua perempuan. Poin utamanya adalah dia taat agama.
Sejak itulah, saya berpikir dan teringat perkataan “lelaki baik hanya untuk perempuan yang baik”. Saya lupa kalimat pastinya. Kembali berkaca dan menilai diri sendiri. Laki-laki itu ibarat langit dibanding saya. Ketaatannya sangat jauh lebih baik dibanding saya (ini subjekif, sungguh). Kemudian muncul keinginan untuk menjadi seorang perempuan yang mencintai Tuhannya dengan baik. Mentaati segala perintah Tuhannya. Allah. Namun, namanya perbaikan tidak ada yang mudah. Itupun bagi saya. Maju mundur, kata artis fenomenal di Indonesia.
Saya mulai meneguhkan niat untuk kembali ke jalan yang direstui Allah. Bukan berarti selama ini saya ada di jalan yang salah, hanya saja jalannya kurang lurus karena keseringan mampir kiri kanan. Awalnya saya pikir ini karena saya ingin menaikan nilai yang ada pada diri saya di hadapan orang lain tapi semakin hari semakin saya berserah diri saya tahu apa yang saya lakukan adalah buah dari kerinduan untuk pulang, kembali kepada-Nya.
Kehidupan saya tidak seimbang. Yang dipikirkan hanya dunia melulu. Saya malu karena melupakan Dia yang memberikan keberkahan di dunia. Saya melaksanakan ibadah tapi tidak menggunakan hati saya di dalamnya. Saya salah. Sangat salah.
Jujur saja, menuliskan ini membuat saya takut dan malu. Tulisan ini adalah cerminan diri saya. Saya hanya takut berapa banyak orang yang akan melabeli saya dengan berbagai macam label. Tapi saya butuh menuliskannya. Untuk mengungkapkan betapa bahagianya saya dan bersyukurnya saya atas segala hal yang Allah berikan kepada saya. Bahkan dalam hal yang sangat sederhana.
Sore tadi, saya membaca sebuah jawaban menarik di ask.fm. Jawaban tentang Tuhan kah? Bukan. Itu hanyalah sebuah jawaban tentang mimpi seseorang. Mimpi yang sangat tulus. Mimpi untuk membantu kehidupan umat manusia. Muluk? Tidak bagi saya.
Setelahnya, saya kembali mengingat mimpi saya dulu. Apa yang saya ingin lakukan ketika saya sudah berhasil nanti? Saya hampir lupa jawaban yang ada pada diri saya sendiri. Tiba-tiba saja saya seperti ditinju. Rasanya ingin memaki diri sendiri yang begitu bodoh. Hidup membuat saya berubah, orientasi hidup saya pun berubah. Belakangan ini yang saya pikirkan hanya bekerja dengan baik dan dapat uang banyak. Tapi sungguh itu bukan yang seharusnya, kita, manusia, lakukan.
Setelah berpikir cukup keras (namun tidak begitu panjang), saya teringat kembali apa yang dulu pernah saya ingin lakukan. Ya, sangat ingin mempunyai uang yang sangat banyak. Bukan untuk saya tetapi untuk mereka yang memang berhak. Saya ingin membangun sekolah gratis di berbagai daerah di Indonesia dengan kualitas pendidikan yang baik. Rasanya sedih melihat pendidikan yang berkualitas itu selalu mahal. Saya ingin mereka yang belum mampu juga merasakan pendidikan terbaik. Saya tidak ingin mereka menutup pintu masa depan. Itu semua yang saya ingin lakukan.
Lantas apa hubungannya saya hal sederhana tadi, Allah dan mimpi saya?
Saya bahagia dan terharu bagaimana caranya Allah, Tuhan kita, menuntun kembali makhuknya ke jalan yang seharusnya. Membawa kembali untuk pulang. Menjalani fitrahnya sebagai manusia. Sederhana bukan membaca jawaban seseorang di ask.fm yang sering kita baca sepintas? Tapi pengaruhnya sungguh luar biasa.
Saya kembali punya mimpi. Bukan sekedar mimpi untuk diri sendiri. Ini adalah mimpi mereka semua yang selayaknya mengenyaam pendidikan. Saya kembali “pulang” ke tempat dimana saya seharusnya berada. Insya Allah, saya kembali ke jalan yang memang diridhoi oleh Allah.

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS