I owe this picture here |
Sering kali saya mengira bahwa orang bisa dengan mudah membaca pikiran, memahami pola pikir dan pendapat yang saya ungkapkan ataupun ingin ungkapan. Namun, saya terjebak pada pemikiran khayalan. Seluruh orang yang saya temui kesulitan untuk “membaca pikiran” saya. Justru mereka sering sekali menyalah artikan pemikiran saya terutama bagi mereka yang bertemu saya hanya pada satu dua kesempatan.
Membaca pikiran yang maksudkan di sini bukanlah sesuatu kemampuan luar biasa yang mungkin dimiliki seseorang untuk membaca apa yang dipikirkan lawan bicara. Kalau ada yang seperti itu, saya juga akan sangat ketakutan (ya, karena terlalu banyak pemikiran aneh di otak saya). Saya hanya berbicara mengenai individu dan individu lain yang mencoba untuk saling memahami apa yang diungkapkan lawan bicaranya tanpa perlu memberikan judgement atau penilaian yang terlalu dini.
Mari kita lihat keadaan di sekitar kita saat ini. Banyak masalah dan juga fenomena yang hangat dibicarakan masyarakat. Contohnya saja fenomena LGBT. Fenomena ini telah menjadi buah bibir di masyarakat luas sejak beberapa bulan lalu terutama setelah Amerika melegalkan pernihakan sesama jenis. Banyak opini yang menyeruak ke permukaan mengenai LGBT. Tentunya ada yang pro dan ada yang kontra.
Saya menemukan beberapa pemikiran menarik mengenai LGBT di platform media sosial ask.fm. Ada satu pengguna ask.fm yang menyatakan bahwa perilaku LGBT memang dilarang agama dan dia tidak mendukung perilaku LGBT akan tetapi sebagai sesama manusia yang memiliki hak sama di dunia ini, pengguna tersebut menyatakan bahwa dia akan mendukung setiap individu yang menyatakan LGBT. Lebih mendukung ke arah kebebasan memilih dan berpendapat lebih tepat.
Beberapa saat setelah pengguna tersebut menyatakan pendapatnya, banyak pertanyaan masuk berisikan komentar negatif. Bahkan sampai ada yang mengatainya kafir dan homoseksual (karena mendukung orang-orang LGBT). Padahal menurut saya, jawaban pengguna tersebut di ask.fm dengan jelas menunjukan bahwa dia memang mengakui bahwa perilaku LGBT salah. Lantas mengapa dia harus dikatai dan dicerca secara kasar?
Menurut saya, ini yang sering terjadi di masyarakat. Pola berpikir yang terlalu terburu-buru tanpa mendalami dan melihat sisi lain. Jika saya bisa katakan, masyarakat Indonesia, umumnya memiliki pemikiran sempit. Arahan dalam menentukan keputusan hanya fokus pada satu dua arah sedangkan arah lainnya masih sangat banyak. Padahal banyak sekali faktor yang perlu dilihat dalam menilai suatu kejadian, perilaku dan juga pendapat.
Penilaian yang sepihak di masyarakat bisa membuat tiap-tiap individu takut mengungkapkan pendapat. Saya termasuk di dalamnya. Setiap kali saya bersama keluarga ataupun teman-teman saya benar-benar berpikir berulang kali untuk mengungkapkan pendapat. Pernah saya mencoba mengungkapkan pemikiran saya yang sedikit radikal, memang tidak sampai dikatai memang, hanya saja lawan bicara saya terdiam dan tidak mau meneruskan pembicaraan tersebut. Apalagi ketika ekspresi mereka mulai menunjukan ketidaksukaan atau keanehan akan omongan saya. Saat itu juga saya akan bilang, “ya sudah”. Beres, saya tidak akan melanjutkannya lagi.
Keadaan seperti ini akan sangat merugikan. Dampak besarnya bisa saja sampai pada fase tidak berkembangnya ilmu pengetahuan baru karena pola pikir yang terlalu sempit. Setiap individu akan kehilangan keberanian untuk mengungkapkan pendapat tanpa perlu diberi label orang individu lain. Saya pun bukan orang terbaik yang bisa kalian temukan dalam masalah seperti ini. Secara tidak sadar kadang saya sudah menganiaya beberapa orang karena memberinya label. Saya hanya mencoba memulai dan belajar untuk mengenali dan memahami sisi lain setiap hal. Semoga banyak gerakan positif yang dapat mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik entah itu kampanye media sosial maupun komunitas diskusi. Mari menjadi lebih baik!
Membaca pikiran yang maksudkan di sini bukanlah sesuatu kemampuan luar biasa yang mungkin dimiliki seseorang untuk membaca apa yang dipikirkan lawan bicara. Kalau ada yang seperti itu, saya juga akan sangat ketakutan (ya, karena terlalu banyak pemikiran aneh di otak saya). Saya hanya berbicara mengenai individu dan individu lain yang mencoba untuk saling memahami apa yang diungkapkan lawan bicaranya tanpa perlu memberikan judgement atau penilaian yang terlalu dini.
Mari kita lihat keadaan di sekitar kita saat ini. Banyak masalah dan juga fenomena yang hangat dibicarakan masyarakat. Contohnya saja fenomena LGBT. Fenomena ini telah menjadi buah bibir di masyarakat luas sejak beberapa bulan lalu terutama setelah Amerika melegalkan pernihakan sesama jenis. Banyak opini yang menyeruak ke permukaan mengenai LGBT. Tentunya ada yang pro dan ada yang kontra.
Saya menemukan beberapa pemikiran menarik mengenai LGBT di platform media sosial ask.fm. Ada satu pengguna ask.fm yang menyatakan bahwa perilaku LGBT memang dilarang agama dan dia tidak mendukung perilaku LGBT akan tetapi sebagai sesama manusia yang memiliki hak sama di dunia ini, pengguna tersebut menyatakan bahwa dia akan mendukung setiap individu yang menyatakan LGBT. Lebih mendukung ke arah kebebasan memilih dan berpendapat lebih tepat.
Beberapa saat setelah pengguna tersebut menyatakan pendapatnya, banyak pertanyaan masuk berisikan komentar negatif. Bahkan sampai ada yang mengatainya kafir dan homoseksual (karena mendukung orang-orang LGBT). Padahal menurut saya, jawaban pengguna tersebut di ask.fm dengan jelas menunjukan bahwa dia memang mengakui bahwa perilaku LGBT salah. Lantas mengapa dia harus dikatai dan dicerca secara kasar?
Menurut saya, ini yang sering terjadi di masyarakat. Pola berpikir yang terlalu terburu-buru tanpa mendalami dan melihat sisi lain. Jika saya bisa katakan, masyarakat Indonesia, umumnya memiliki pemikiran sempit. Arahan dalam menentukan keputusan hanya fokus pada satu dua arah sedangkan arah lainnya masih sangat banyak. Padahal banyak sekali faktor yang perlu dilihat dalam menilai suatu kejadian, perilaku dan juga pendapat.
Penilaian yang sepihak di masyarakat bisa membuat tiap-tiap individu takut mengungkapkan pendapat. Saya termasuk di dalamnya. Setiap kali saya bersama keluarga ataupun teman-teman saya benar-benar berpikir berulang kali untuk mengungkapkan pendapat. Pernah saya mencoba mengungkapkan pemikiran saya yang sedikit radikal, memang tidak sampai dikatai memang, hanya saja lawan bicara saya terdiam dan tidak mau meneruskan pembicaraan tersebut. Apalagi ketika ekspresi mereka mulai menunjukan ketidaksukaan atau keanehan akan omongan saya. Saat itu juga saya akan bilang, “ya sudah”. Beres, saya tidak akan melanjutkannya lagi.
Keadaan seperti ini akan sangat merugikan. Dampak besarnya bisa saja sampai pada fase tidak berkembangnya ilmu pengetahuan baru karena pola pikir yang terlalu sempit. Setiap individu akan kehilangan keberanian untuk mengungkapkan pendapat tanpa perlu diberi label orang individu lain. Saya pun bukan orang terbaik yang bisa kalian temukan dalam masalah seperti ini. Secara tidak sadar kadang saya sudah menganiaya beberapa orang karena memberinya label. Saya hanya mencoba memulai dan belajar untuk mengenali dan memahami sisi lain setiap hal. Semoga banyak gerakan positif yang dapat mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik entah itu kampanye media sosial maupun komunitas diskusi. Mari menjadi lebih baik!
No comments:
Post a Comment