Gak ada satu orang pun yang sama di dunia ini. Bahkan mereka yang kembar sekalipun. Kecuali ada manusia kloning yang berhasil diciptakan, mereka pasti memiliki semua bagian tubuhnya yang sama persis.
Di tulisan kali ini saya gak mau bahas soal kelebihan atau kekurangan fisik. I wanna talk about perspective. Ada apa dengan perspektif?
Jadi begini, belakangan ini sedang heboh dibukanya pendaftaran CPNS. Percayalah saat 5 September kemarin, hampir semua grup line saya penuh berisikan informasi terkait pendaftaran CPNS.
Hubungannya sama tulisan ini apa?
Jadi begini (lagi), saya gak pernah tertarik dan berminat untuk berkerja sebagai PNS. Kalau saya daftar itu pasti karena desakan yang tak terhindarkan dari keluarga yang sampai saat ini sih Alhamdulillah gak ada desakan. Saya punya banyak alasan mengapa saya tidak ingin menjadi PNS.
Meskipun saya tidak pernah ingin menjadi PNS, saya tidak menilai buruk atau menghambat atau menghasut mereka yang mau daftar. Istilahnya apa ya, itu pilihan dan hak hidup masing-masing. Kita punya mata yang berbeda, tentunya sudut pandang kita berbeda.
Zaman masih idealis banget (kayaknya sampe sekarang masih idealis sih), saya selalu merasa pilihan saya benar. Pilihan yang orang lain pilih itu salah dan bahkan saya memandang mereka dengan tatapan menyedihkan. Well, saya tahu saya ngeselin.
Hari demi hari, saya paham hal yang saya tulis di dua paragraf sebelumnya, mata kita berbeda tentu sudut pandangnya akan berbeda. Sesekali memang perlu untuk menempatkan diri di posisi orang lain.
Sebagai contoh lain, bagi sebagian orang menikah di penghujung umur 20 tahun adalah hal yang memalukan dan harus dihindari. Namun, apakah kalian yang berpikir seperti itu tidak pernah mencoba meluaskan sudut pandang. Bagaimana jika perempuan yang belum menikah itu lebih memilih mengejar karir agar bisa menghidupi kedua orang tua dan adik-adiknya. Bagaimana jika dia yang belum mau menikah masih memiliki tujuan mulia semisal, membuka usaha sosial, membuka yayasan, dan mengabdi untuk ini dan itu?
Banyak alasan seseorang menetapkan pilihan dan keputusan. Saya menulis ini agar menjadi pengingat bahwa mata saya bukan mata kamu atau mata dia. Kita punya pilihan berbeda. Kuncinya hanya satu, tetap saling menghargai.
Growing Up!: Mataku (Bukan) Matamu
Friday, 6 October 2017
Subscribe to:
Posts (Atom)