Pages

Bahagia

Tuesday 27 September 2016

I owe this picture here 

Apa yang membuatmu tersenyum setiap harinya?

Apa pula yang membuat hatimu berdesir tenang?

Semilir angin menjadi sebuah hal favorit yang bisa aku nikmati setiap hari. Halus dan menenangkan. Sesederhana sapaan angin itulah sebuah senyum bisa tergurat. Seharusnya semudah itu untuk tersenyum, namun faktanya manusia terutama mereka yang beranjak dewasa seolah mencari sumber kebahagian lain yang lebih rumit.

Tidak banyak pula yang berpikir dan meyakini bahwa kebahagiaan yang hakiki itu datang dari ketenangan diri sendiri. Bahagia memang tidak melulu berbentuk fisik. Bahagia memang tidak melulu tentang orang. Di antara mereka, aku pun turut meyakini kebahagian kita ditentukan oleh diri kita sendiri bukan orang lain.

Namun, pernahkah kau merasa sangat tenang dan bahagia saat bertemu dengan seseorang? Merasa bahagia ketika sebuah kalimat sederhana menyapamu? Merasa bahagia saat orang itu bahagia dan tidak kesulitan? Katakan aku gila, tapi sumber kebahagiaan itu menjelma menjadi sosok manusia dan benar adanya. Sosok nyata yang terasa dekat dan tak terjangkau dalam bersamaan. 

Jika setiap harinya manusia masih bertanya untuk apa hidup, aku akan yakinkan bahwa setiap nafas yang mungkin dianggap tak bermakna akan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang lain. Karena terkadang kita tidak tahu siapa yang turut tersenyum ketika kita bahagia. Ya, hidup memang tidak sesederhana itu, seringkali lebih rumit malahan, tapi setidaknya mari tidak menambah rumit pada sesuatu yang sudah rumit.

Teruntuk seseorang yang membaca ini, ada banyak kata dan doa yang sulit dituliskan. Tidak mungkin semuanya tercurah dalam sebuah tulisan dalam blog ini. Ada sebuah rasa syukur dan harapan baru seiring dengan perputaran bumi dan pergerakan jarum jam pada hari yang baru, juga angka yang berganti hari ini. Hidup memang tidak mudah. Raga yang akan mati dan jiwa yang selalu hidup itu akan terseret untuk terus menyesuaikan. Penyesuaian itu akan meninggalkan luka atau mungkin justru senyum manis yang sangat memabukkan. Hari ini maupun tahun-tahun berikutnya, semua akan terus bergerak dan berubah. Satu-satunya cara untuk tetap hidup adalah mengikuti alur perubahan tanpa melupakan kebahagiaan dan ketenangan dalam diri. Tersenyum dan berbahagialah!

Teruntuk seseorang yang membaca ini, selamat ulang tahun!



Resmi... Sarjana!

Wednesday 21 September 2016

Manusia memang sangat identik dengan ketidaksabaran. Terburu-buru akan hal yang memang belum milikinya. Padahal langkahnya bisa dihitung. Beberapa bulan yang lalu, saya menjadi manusia yang sangat tidak sabar. Saya juga menjadi manusia yang tidak tahu rasa bersyukur dan iri dengan apa yang orang lain capai.

Melihat satu per satu teman satu angkatan lulus membuat saya sedikit bersedih. Setiap harinya saya menanti kapan giliran saya menyandang gelar itu? Kapan saya akan tersenyum lega seperti teman-teman saya? Perasaan campur aduk selalu menghampiri saya ketika bertemu mereka yang telah lulus.

Saya melupakan beberapa hal yang cukup penting kala itu. Hidup manusia itu berbeda. Jalur yang dipilih pun akan berbeda. Bahkan, saat jalur yang dipilih pun sama, cara untuk melalui jalur tersebut akan berbeda setiap oragnya. Begitu juga dengan proses yang terjadi selama masa perkuliahan terutama saat menjalani tugas akhir alias skripsi.

Saya merasa tertinggal, merasa tidak mampu, dan merasa tidak memiliki kesempatan baik. Dulu, saat ada teman saya yang sidang akhir saya selalu membandingkan diri saya dengan teman itu. Berpikir dan membayangkan mengapa saya belum bisa mencapai titik yang dia tempati sekarang. Namun sebuah fakta menampar saya dengan keras, bahwa hal terbesar yang harus saya kalahkan adalah diri saya. Mengalahkan semua pemikiran buruk yang selalu melintas di diri saya. Kekhawatiran, ketidaksabaran, ketakutan dan kemalasan. Itulah musuh terbesar yang seharusnya memang saya lawan.

Perlan namun pasti. Akhirnya, hari Selasa kemarin saya berhasil menambahkan satu gelar di belakang nama saya. Alhamdulillah, saya sudah resmi menjadi seorang sarjana. Sudah resmi mempunyai beban yang lebih berat. Sejauh ini, mendapatkan gelar sarjana menjadi sukses kecil yang amat sangat menyenangkan. Semoga ini menjadi awal yang baik ke depannya.


p.s. Numpang promosi instagram saya sekalian pamer foto selepas sidang ;)


A photo posted by Ade Risti Oktavia (@aroktavia) on






 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS